April 04, 2017

WEEKLY DIARY #8: HAPPY BIRTHDAY R!

1 April bertepatan dengan April Mop dan juga ulang tahun R yang ke 2 tahun. Saya sempat mikir-mikir apa sih hadiah yang cocok untuk R? Setau saya, gak cuma selebritis kondang tapi juga teman-teman dekat saya merayakan ulang tahun anak identik dengan kue ulang tahun, lilin, badut, kado dan perayaan bersama teman-teman sekolah dan anak-anak tetangga sebayanya. Gimana dengan R?


Sayangnya R tidak begitu suka kue manis seperti tart, belum berani interaksi langsung dengan badut, reaksinya nangis dan teriak tanda ketakutan, dan belum begitu punya banyak teman. Sehari sebelum hari ulang tahunnya, saya sempat membawa R ke toko mainan untuk pilih mainan kesukaan R sendiri sebagai hadiah ulang tahun, tapi ternyata rada aneh emang ya, dia gak begitu suka mainan action figure, mobil-mobilan, kereta-keretaan, dan dia tidak tertarik dengan sejumlah mainan ke-laki-lakian. Yang dia pilih mainan masak-masakan. Setiap saya ajak untuk pergi ke tempat bermain yang dipilih mainan masak-masakan daripada Lego dan mainan lainnya.

"Wait!" itu bukan berarti R punya sifat kewanitaan. Itu karena setiap pagi R senang sekali melihat kakek atau ibunya masak di dapur, setiap R menunggu makanannya jadi, selalu saya kasih kesibukan untuk pegang panci dan centong biar tangannya gak rusuh pegang sana sini. Tapi, saya pikir-pikir gak semua cheff itu harus perempuan atau gak setiap tukang potong rambut wanita itu harus selalu wanita juga, toh profesi seperti itu juga gak buat semua laki-laki jadi banci. Jadi, saya biarkan R berkembang sesuai dengan apa yang dia suka, sampai dia menemukan apa yang menjadi passionnya. Sesampainya di rumah, ternyata mainan masak-masakan hanya bertahan beberapa jam setelah itu R sudah bosan.

Satu-satunya mainan yang membuat R konsisten untuk selalu suka dari umur 15 bulan adalah WAYANG. Sejak umur 18 bulan tangan R sudah luwes memainkan wayang bak dalang profesional yang selalu dia tonton via youtube. Beneran! luwes banget! Emang sih, soal gadget, saya bukan ibu yang sangat anti gadget pada anak (maksudnya sama sekali anak tidak boleh liat gadget). Saya memperlihatkannya dalam bentuk edukasi dan batasan-batasan tertentu pada anak seperti batasan waktu penggunaan dan pengawasan penuh.

Awal R menyukai wayang berawal dari sebuah gambar wayang di google dan majalah, karena R tidak mengerti saya perkenalkan R sebuah pagelaran wayang via youtube. Berawal dari youtube lah akhirnya R menemukan apa yang benar-benar dia suka. Dan setau saya menonton acara di sebuah TV, banyak anak-anak di bawah umur 3 tahun sudah mengetahui apa yang mereka suka dan menjadi cikal bakal bakat di kemudian hari berkat salah satu channel youtube yang menginspirasi. Setiap hari R tidak pernah absen dengan wayangnya yang selalu di gondolnya kemanapun R pergi, dibawa dari bangun tidur sampe tidur lagi, dibawa ke kamar mandi, sampai dibawa self show wayang ke tetangga sebelah, sampai wayangnya lecek, lusuh, jelek gitu deh, saking cintanya!

Dari sinilah saya berinisiatif untuk menghadiahkan R tiket nonton pagelaran wayang kulit asli di Museum Sonobudoyo Yogyakarta untuk pertama kalinya, ketimbang dia hobinya cuma nonton wayang di Youtube atau liat gambar karakter-karakter wayang di Google dan dia juga gak bakalan tertarik disodorin kue tart pake badut itu tadi di hari ulang tahunnya.

Sesampainya kami di Museum Sonobudoyo, ada bapak-bapak yang kaget lihat anak umur 2 tahun sangat antusias sekali dengan wayang, sampai semua nama karakter wayang yang ada di sana disebutnya satu per satu. Biasanya anak-anak sekarang lebih gandrung dengan kartun 3D, mobil-mobilan keren, berbagai macam action fugure keren, atau lebih sering kasusnya kecanduan gadget, ketimbang peduli sama warisan budaya yang dianggap kuno kaya gini. Salah satu hal yang tidak akan saya lupakan adalah pesan dari bapak-bapak itu yang melihat R sangat berbakat memainkan wayang seperti gesture dalang, beliau bilang itu adalah anugerah dari yang Maha Kuasa, tidak semua anak bisa apalagi di jaman milenial seperti ini.



Mungkin sebagian orang bilang hobi mau jadi dalang? apa prospeknya di masa depan yang semuanya bakalan serba lebih canggih? Bakalan punah deh digilas jaman. Eh! saya tidak memandang remeh yang namanya budaya meskipun zaman sudah berganti, budaya akan semakin diminati terutama wisatawan, semakin tua semakin dicari, semakin sulit ditemui semakin mahal harganya, apalagi punya skill dalang yang mungkin di masa depan hanya ada satu dua orang di Indonesia yang masih tersisa, pasti bayarannya mahal untuk sekali show apalagi show internasional
*ahaha...ngarepnya sih gitu*

Beneran lho, tau HP Nokia yang menurut orang sekarang sudah karatan? ternyata bisa dibanderol dengan harga mahal meskipun sekarang sudah jamannya tablet super tipis. Atau dunia fashion yang gemar koleksi baju-baju vintage yang sekarang semakin sulit ditemui, kalaupun ada, harganya mahal. Justru fashion designer yang khusus mendesain baju-baju vintage dan kuno malah jadi terkenal dan menjadi sumber penghasilan. Entahlah saya merasa, ada saatnya orang Indonesia akan jenuh dengan budaya luar dan akan merasa bangga pada budayanya sendiri, sama halnya seperti orang-orang Korea, Tionghoa atau orang Jepang yang bangga dengan budayanya sendiri.

Balik lagi ke tema ulang tahun R. Pagelaran wayang kulit yang tampil pada malam hari itu judulnya adalah "The Death Of Kumbakarna". Apaan tuh? langsung deh saya takjub! dengan filosofi Jawanya begitu tau sinopsis ceritanya via Google. Intinya, Kumbakarna itu ingin mempertahankan kemerdekaan negeri Alengkadiraja, dengan tidak menginginkan perang, tidak ingin membunuh dan melukai siapapun tetapi ia juga tidak ingin negerinya diinjak-injak oleh musuh (dijajah oleh negeri lain), sampai akhirnya Kumbakarna mati sebagai pahlawan. Cara matinya mengesankan banget deh! seru! ahahha! Sekedar tips sih, sebelum nonton wayang ada baiknya baca sinopsisnya dulu deh, biar bisa meresapi peran dalam tokoh-tokoh wayangnya.


****


Pada saat kami duduk di ruangan pagelaran, mayoritas penonton disana semuanya adalah bule, orang pribumi cuma sekitar 5 orang saja yang nonton, dan jumlah penonton hari itu sedikit sekali, hanya 15 orang saja, karena memang pagelaran ini selalu ditayangkan rutin hampir setiap hari kecuali hari minggu dan hari libur. Sepi penonton, kecuali turis asing. *Miris ya!*
Gamelan mulai di dendangkan, R antusias selama 10 menit..
Dan...masih antusias juga selama 15 menit....
Beberapa saat kemudian R tiba-tiba berteriak "GANTI!!"
sampai orang-orang dalam satu ruangan denger semua dan menoleh ke arah R.

Saya ngakak geli, dia kira pagelaran wayang kulit ini sama kaya di youtube yang pada saat scene-nya lagi ngomong-ngomong jawa ngebosenin, menit nya bisa di cepetin, atau asal skip tayangan wayang yang lain yang lebih seru. Maklum sih, R lebih suka scene wayang pas lagi perang-perangan, berantem-beranteman sampai wayangnya bisa di lempar-lempar berputar oleh dalangnya. 

Tapi ada bagusnya juga sih, saya mengajarkan R untuk bersabar menikmati cerita runtut dari awal secara life seperti ini. Setelah 30 menit berlalu, barulah scene adu perang dimulai, dan R antusias sambil mengikuti gerakan tangan dalang. Saya perhatikan, gerakan tangan R ini kog berasa kembar sama dalangnya, persis luwesnya, mungkin ini ya yang namanya 'Gift' atau 'Anugerah' yang tadi bapak-bapak itu bilang. Dan kenikmatan lainnya.... beneran deh! saya gak pernah tau kalo nonton wayang kulit secara life selama 2 jam gini feel-nya dapet banget, seru dan benar-benar keren banget pas adu perangnya itu. Saya baru ngerti gimana susahnya dalang bisa muter-muterin tangan wayang, aksi wayang joged-joged, sampai lempar-lempar muter wayang kaya gitu..susah lho ternyata guys!

*berdecak kagum sama profesi dalang*

Saya merasa, nonton beginian ternyata gak kalah asiknya dengan nonton bioskop. Sayangnya, saya gak ngerti bahasa jawa, kalau ngerti mungkin bakalan rela deh nonton berjam-jam.

Acara durasi singkat pagelaran wayang selama 2 jam dari jam 8 malam sampai jam 10 malam, R betah banget melek buat nonton, gak rewel ataupun bosan, sampai pulang ke rumah pun masih nyambung nonton acara wayang di Jogja TV. Yaaaa...ampuuun....masih ya! jadi karena kasihan liat R terlalu over dan matanya merah begitu karena kalah dengan rasa asiknya, saya langsung matikan TV dan buru-buru kelonin R tidur.

Terakhir sebelum tidur R tersenyum puas dan mengatakan pada saya,
"Mama..ada Buto...!" (Buto: Salah satu karakter wayang kulit).
Begitu katanya hingga tertidur sampai lelap.

Kalau dihitung secara materiil, senyum puas itu rasanya tidak sebanding dengan tiket seharga IDR. 20.000 saja. Entahlah, saya menyimpulkan bahwa hari ulang tahun anak tidak melulu harus dirayakan dengan kue enak, mengundang banyak teman, sewa badut dan tempat mahal, kado yang belum tentu disukai si anak, atau mainan mahal yang cepat membuat bosan, apalagi umur-umur segini dikasih mainan yang bagus-bagus jadi cepet rusak semuanya. Buat saya cara membahagiakan anak bukan dengan versi orang tua, tapi bagaimana membahagiakan anak dengan versi sang anak. Cukup dengan membahagiakan apa yang sungguh-sungguh mereka senangi itu sudah sangat cukup berkesan dan penuh makna yang akan selalu mereka ingat. Setidaknya, R tahu kapan pertama kalinya R menonton pagelaran wayang kulit untuk pertama kalinya.

Happy birthday R! Doa mama gak muluk-muluk buatmu, semoga kamu menjadi anak yang sholeh dan kelak menjadi laki-laki yang tangguh agar dapat membahagiakan dan membanggakan keluarga dan kelak dapat menghantarkan kami ke dalam surga ya. Amin..




No comments:

Post a Comment