October 06, 2016

PARENTING: PERSONAL DEVELOPMENT #1

Beberapa hal yang paling dibenci R memasuki usia 18 bulan ini adalah kecoa, air dingin, gosok gigi dan petir. Semuanya itu direspon dengan cara menangis karena tidak suka dan takut. Pada saat R mandi muncul 8 kecoa dari lubang saluran air secara bertahap, ini membuatnya trauma dan tidak mau mandi di tempat yang sama. Setiap sesi mandi, R selalu menangis entah karena dia gak suka mandi air dingin dan gak suka gosok gigi dengan pasta gigi. R juga membenci hujan, tiba-tiba dia gelisah karena khawatir akan muncul suara petir menggelegar. Saya agak bingung juga bagaimana menyikapi hal yang ditakuti R sebanyak ini. Bukankah ini menjadi persoalan besar yang harus dibenahi untuk membentuk karakter anak laki-laki?

Mungkin saya bukan tipikal seperti beberapa ibu yang turut menlegalkan atau membiarkan rasa takut yang berlebihan pada anak. Misalnya, kalo anak tidak suka gosok gigi lantas dituruti, kalo anak takut sama kecoa ibunya merespon juga takut dengan kecoa, menghindarkannya atau malah tambah menakuti-nakuti anak supaya sang anak patuh, atau mengancam "Ada petir! makanya kamu bobo sekarang!"
Bagi saya membentuk karakter dan mental anak laki-laki sangat penting, mendidik anak menjadi pintar itu buat saya nomor kesekian. Di dunia ini tidak semua orang terlahir cerdas, namun Allah menyiapkan kekuatan berupa karakter tersendiri yang perlu diasah dan dibangun untuk mendukung kesuksesan di kemudian hari. Karena kenyataannya banyak sekali orang pintar yang tidak sesukses orang yang tidak pintar. Bagi anak laki-laki, membiasakan diri untuk bisa memecahkan masalah dengan rasa percaya diri dan menjadikannya sebagai tantangan sangatlah penting. Termasuk saya dalam memilih suami, saya tidak peduli wajahnya sejelek apa, dia datang dari keluarga yang bagaimana, apakah dia sudah kaya dan mapan atau tidak? yang saya pertimbangkan adalah kualitas mental. Dengan kualitas mental yang baik sesulit apapun tantangan yang ada di depan tidak akan membuatnya menyerah begitu saja, justru berusaha mencoba dan belajar lebih baik lagi, mencari terobosan dan strategi-strategi baru untuk memecahkan masalah agar tujuan tercapai juga adalah bagian dari kualitas mental, apapun profesinya, apapun dunia yang sedang digeluti, kualitas mental modal penting untuk meraih kesuksesan.

Orang seperti ini biasanya tidak mudah beralih profesi, tidak mudah menyerah dan selalu berpikir positif, selain itu selalu fokus sampai tujuannya tercapai. Tanpa ini semua mustahil nasib dan masa depan yang cerah akan tercapai. Bisa dibayangkan jika suami saya gak punya kualitas mental seperti ini saya jadi enggak tau apa yang saya idolakan dari suami. Gak heran jika saya tidak memandang sepele soal pendidikan mental untuk R, karena buat saya untuk laki-laki ini sangat penting.

Okey balik ke cerita R, R tau bahwa saya paling tidak suka yang namanya menangis, akan tetapi saya berusaha memahaminya terlebih dahulu apa yang membuatnya menangis, apa yang membuatnya takut dan cemas agar saya dapat menemukan solusinya.

Yang pertama saya lakukan dengan R adalah komunikasi. Saya ingin membangun pikiran positif dalam dirinya, bahwa apa yang dia lihat dan rasakan tidak seperti yang ia kira, apa yang ia rasa sulit ternyata tidak sesulit apa yang ia kira. Pelan-pelan saya memasukkan banyak bola dan air  ke dalam ember besar. Saya bilang sama R, "Mandi itu menyenangkan, yuk mandi sambil main sama mama." sejak itu dia tidak pernah lagi menangis karena tidak suka ritual mandi, justru R tidak ingin mengakhiri sesi mandi karena memang menyenangkan buat R.

Pikiran positif ini juga saya tanamkan pada R soal ritual gosok gigi. Di waktu senggang R sering saya putarkan video kucing lucu yang sedang asik gosok gigi. Ketika waktunya gosok gigi saya bilang sama R, "R sikat gigi yuk, kucing aja senang sikat gigi, masa R kalah sama kucing? ayo sikat gigi, mana giginya?" yang saya gak nyangka yang biasanya R menangis dan menolak gosok gigi sekarang R keranjingan untuk minta gosok gigi sendiri dengan pasta gigi kesukaannya, sambil membayangkan video kucing yang gemar gosok gigi.

Ketakutan R yang lain adalah kecoa. Yang ini agak susah. R sebenarnya tidak takut dengan semua hewan, anjing galak menggonggong dengan keras ia tidak takut. Tapi kecoa? hmm...ini berawal dari saya yang tiap lihat kecoa selalu takut dan teriak, jadi R juga ikut-ikutan takut sama kecoa. Pelan-pelan saya bilang sama R kalo kecoa juga hewan ciptaan Tuhan sama seperti hewan yang lain yang tidak boleh dimusuhi dan disakiti. Di Mekkah saja kita dilarang membunuh hewan sekalipun itu semut lho R! Meskipun saya tau, ini gak semudah teorinya tapi saya jadi mengedukasi diri sendiri juga biar gak takut kecoa lagi di depan R. Hehe..

Yang terakhir soal hujan dan petir. R sangat cemas jika hujan turun, karena petir itu bagi R adalah satu paket. Selain menanamkan pikiran positif saya juga mengajarkannya rasa percaya diri. Ada sebagian ibu-ibu yang melarang anaknya bermain hujan dengan alasan sakit, masuk angin, dan kotor. Kali ini saya mengajarkan R untuk berani keluar dan menghadapinya. Sembari menjelaskan, hujan itu tidak menakutkan, petir itu tidak selalu ada tiap kali hujan.

Perlahan-lahan, dia mencelupkan kakinya ke dalam genangan air sambil menggenggam tangan
saya erat sekali.

Saya tau R cemas karena takut, saat itu juga R merespon, "Dingin....!" katanya. Saya cuma bisa bilang, ayo main saja sesuka R asal R tidak takut lagi dengan hujan. Setelah mencelupkan kaki, R mulai berani melepaskan genggaman tangan saya, kakinya mulai dihentak-hentakkan ke dalam genangan air sampai airnya bercipratan.

R mulai berani menengadahkan telapak tangan untuk menampung air hujan yang turun, dia sudah tidak perduli lagi soal air yang membasahi tubuh dan kepalanya, yang penting R Happy! dan sudah lupa dengan rasa takut dan cemasnya. Ketika ada suara petir, ia hanya merespon,"Gluduk...!!" tapi sudah tidak dibarengi menangis dan takut.

Dari peristiwa ini tidak hanya R yang belajar memecahkan masalah dari rasa takutnya, memunculkan rasa percaya diri, dan menghadapinya dengan rasa senang tanpa mencemaskan sesuatu hal buruk yang ada dalam pikirannya. Tapi juga saya belajar dari R, yaitu rasa percaya. Ia percaya pada ibunya, dan mau bekerja sama dengan saya untuk menyelesaikan masalah tanpa rasa takut. Padahal banyak anak yang diberikan alternatif solusi mereka tetap tidak mau terbuka dan menerima, lalu memilih untuk memelihara rasa takut dalam dirinya, atau mengerjakan sesuatu yang dirasa cukup sulit anak mudah menyerah dan beralih sehingga tidak fokus apa yang ingin dicapai. Bagi saya ini adalah karakter penting yang perlu dibangun untuk R. Saya merasakan sendiri beratnya membangun karakter untuk anak laki-laki karena kelak dewasa mereka mau tidak mau harus menghadapi kerasnya dunia, menjanjikan dan melindungi masa depan anak dan istrinya. Tidak peduli seberapa cerdas dan pintar, tetapi mental dan karakter yang sangat berperan penting untuk membangun kesuksesan.

No comments:

Post a Comment