October 11, 2010

Epilog Perempuan Jogja


"Aku benci kereta, dia selalu membawamu pergi, tapi aku merindukan suaranya, detik-detik yang selalu membuatku berdebar-debar tiap kali menunggu dan membawamu kembali."
keluh Mia si putri sulung dari keluarga yang tinggal dekat dengan keraton. Perempuan Jogja, berparas sederhana yang menampakkan keluguan. Perempuan yang selalu terlihat anggun di mata kekasihnya Echana.

Echana tersenyum mendengar keluhan lugu dari kekasihnya, ia bagai anak kecil yang menyembunyikan kue kesayangan di depan temannya. Di Stasiun Tugu Jogja, stasiun yang paling terkenal menyimpan banyak kenangan bagi tiap orang yang meninggalkan cintanya sebentar di kota pelajar. Tempat setiap harapan selalu hanyut dalam hiruk pikuk suasananya. Sembari menunggu kereta, Mia bertanya banyak bagaimana kehidupan kekasihnya di kota besar. Echana menunjuk tangan ke arah perempuan kota yang sedang berjalan di depannya, perempuan yang memakai celana sependek paha dan baju tanpa lengan dengan kerah sepanjang dada.

"Apa yang kamu nilai dari perempuan itu?"
"Cantik, seksi.." kata Mia.
"Iya, tapi aku tidak mau, jika kamu nantinya ikut aku ke kota penampilanmu seperti itu, aku mencintai Mia, perempuan Jogjaku yang sederhana dan anggun dengan pakaian yang bermartabat."

Begitulah Echana, pria yang selalu menilai tinggi wanita dari kesederhanaan dan keanggunan dari perilaku wanita, ciri khas perempuan Jogja yang masih memegang tinggi nilai-nilai adat leluhurnya, seperti Mia kekasihnya.

Sayup-sayup suara kereta dari kejauhan seolah-seolah memburu waktu Echana untuk segera pergi. Ia memakaikan gelang kepada Mia, sebuah batu berlian yang cahayanya begitu memukau. Berlian yang secantik Mia.

"Jangan menangis Mia, nanti setibanya aku kembali, aku akan membawakanmu berlian yang lebih cantik dari ini, jauh lebih cantik." Pesan Echana yang pergi dengan membawa semua kenangan Jogja dan Mia. Pergi dengan separuh semangatnya untuk Mia dan hasratnya untuk kembali dengan ribuan cita-cita.

~Miss Buffalo~

NB:
Nama: fiktif, cerita: khayalan tingkat tinggi, inspirasi: LDR syndrom.

No comments:

Post a Comment