Saya mempunyai cita-cita dan inspirasi dalam dirinya (pacar saya). Itu yang membuat saya tetap bersemangat untuk melanjutkan kuliah lagi.
Semangatnya seakan-akan lebih besar dari kemampuan fisiknya, juga lebih besar dari keterbatasannya. Kadang perjuangan kerasnya itu membuat saya malu ketika saya mengeluh bahwa, "saya tidak bisa". Dia bisa membagi waktunya dalam 4 kota sekaligus, Jakarta untuk bekerja, Malang untuk sekolah S2nya, Jogja untuk tempat pelabuhan cintanya (waktu untuk saya), dan juga Pekalongan tempat ia pulang ke keluarga. Beasiswa pun dia ambil untuk tetap meneruskan sekolah, meskipun saya tau sekolah tinggi itu sudah merupakan hal yang mewah buat dirinya. :)
Belum lagi waktu perjalanan pergi dan pulang ke rumah dari kantor setiap hari, yang memakan waktu kurang lebih 2 jam di perjalanan, dengan keadaan cuaca yang tidak menentu. Kadang, ketika ia bersemangat untuk pulang ke Pekalongan atau menghampiri saya di Jogja tanpa tiket kereta pun dia bisa ngemper di gerbong restorasi. Demi orang yang dia sayangi. Perjuangan itu hebat dan manis, buat saya.
Kapan-kapan saya ingin menikmati kopi di gerbong restorasi bersamamu, menikmati indahnya pemandangan dari jendela kereta. *moment yang keren. :D
Ketika dia mempunyai masalah di kantornya atau masalah kuliahnya, saya kadang benci dengan situasi yang tidak bisa melakukan apapun buatnya. Kalau begini rasanya jarak Jakarta-Jogja itu begitu jauh. Entahlah, dirimu itu seperti menyimpan pelangi yang belum terlihat. Tuhan pun pasti mengerti, bagaimana perjuanganmu.
Lapgipula, bukankah pelaut tidak akan pernah bisa tangguh di laut yang tenang? iyakan? :)
Ingin sekali melihatmu bekerja di kantor seperti ini, dan membawakanmu makan siang.
Demi hanya melihatmu pakai baju batik. Hahaha..
Jadi, hari ini saya bicara seperti ini agar saya semangat belajar untuk menghadapi tes kompetensi akuntansi minggu depan. Semoga hasilnya bisa menghemat biaya matrikulasi. Cepat-cepat lulus dan bisa menemanimu di sana.
*Buku bahan ujian ini rasanya jadi ringan*
NB:
Sebenarnya saya begitu khawatir dengan kesehatanmu, dan resiko tingkat mobilitasmu yang begitu tinggi. Kalo saya bilang begini, pasti dalam hati kamu bilang 'aku kan laki-laki'.
No comments:
Post a Comment