Gini ya, aku mau curhat soal pria terlucu yang aku punya, namun terhalang jarak yang sangat jauh.di ibukota sana. Gak menarik sih curhatan ini, tapi rasanya sperti beribu kupu-kupu yang mendesak keluar dalam dada, yang harus saya terbangkan keluar. Maaf ya agak norak, alay atau apapun itulah, aku gak peduli, yang penting aku mau cerita.
Begini...
Dear Pria Terlucu,
Kadang, ada hari-hari tertentu aku gak mau dengar omonganmu.
Ada waktu-waktu tertentu aku cuma mau ada kamu di sini di dekat aku.
Bersandar di bahuku, atau sekedar mainan rambut.
Makanya ada jeda aku sering diam di telfon,
Sampai kamu bilang, "Kog diem sih?"
Kalau merasa sebal dan bermurung durja, atau kangen.
ingin sesuatu yang lain selain bilang, "Jangan sedih ya"
Seperti mengelus kepala, mencubit pipi..
Pasti aku langsung memberikan senyuman terbaik yang aku punya untukmu.
Kalau merasa marah dan melihatmu menjadi makhluk bertanduk dua nan menyebalkan,
Lalu kita cuma bisa tutup atau banting telfon,
Atau aku cuma bisa nangis dan cengeng melihat tingkahmu yang menyebalkan.
Aku pasti tenang dan diam sperti bayi, kalau saja saat itu kamu peluk aku.
Gitu aja sih sebenernya yang aku mau. Walaupun aku tau itu susah...
No problemo, aku terima-terima saja kog dear. Kamu tetap jadi Numero Uno buatku.
Ok, Nanti malam kita telpon-telponan lagi ya, aku suka sekali dengar suaramu, apalagi dengar kamu tertawa ;)
Big Hugs,
Miss Buffalo
maap...maap...beb, so pasti tiap ad waktu luang selalu tlp, ga cuman nanti mlm aj, buat hari ini, besok, besok, dan besoknya lagi
ReplyDelete