February 07, 2017

SELF LEARNING #2 : HOW DEALING WITH AN UPSET FEELING

Selamat pagi matahari! Hari ini saya bangun lebih pagi dari biasanya, menikmati udara pagi sembari menunggu R bangun. Ternyata jika meluangkan waktu untuk sedikit lebih peka, memandang anggunnya sinar matahari terbit, menerangi awan dan seisi alam semesta membuat hati saya merasa lebih damai terutama berdamai dengan rasa kecewa.

Tak terasa tahun 2016 sudah lewat, tidak sedikit resolusi yang sudah direncanakan baik-baik ternyata melenceng jauh dari perkiraan, mungkin ada juga yang kecewa terhadap pasangan yang belum bisa memenuhi entah waktu atau kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian disaat kita benar-benar butuh banget, belum lagi ibu-ibu yang cukup stress karena sedang repot-repotnya mengurusi anak yang sedang bandel-bandelnya dan merasa anaknya gak bisa sekalem dan mudah diatur seperti anak-anak yang lain, atau masalah imbalan gaji yang gak sesuai dengan kompetensi, apalagi nih yang paling saya tidak suka ketika berbicara sama seseorang tapi orang itu dengerin sambil mainan hape! Dan dari semua itu sebagian kejadian lho sama saya sekarang, dan butuh usaha yang sangat keras untuk meredam rasa kecewa yang bisa memicu stress dan prasangka negatif lainnya sehingga harus up and up buat selalu cari kebahagiaan yang bisa saya ciptakan sendiri.


Merasakan kecewa bagi saya adalah hal wajar, alamiah dan sangat normal, setiap orang mau gak mau pernah mengalami karena itu adalah bagian dari keseimbangan alam semesta untuk merubah diri menjadi lebih baik, lebih menghargai orang lain dan menjadi lebih peka, baik menjadi orang tua, apalagi dalam menjalani pernikahan,  

how much we have to dealing with it, 
because nobody is perfect!

Dari waktu ke waktu saya tidak pernah berhenti belajar untuk bisa kompromi dengan rasa kecewa, karena kadang-kadang meredam rasa egois agar harapan bisa dituruti itu buat saya susah banget, dan respon saya terhadap rasa dikecewakan itu menurut saya sangat manusiawi, padahal gak jarang saya selalu komunikasi apa yang saya inginkan dan harapkan dengan sangat jelas agar lawan bicara bisa mengerti apa yang saya harapkan, tapi jika hal yang sama berujung kecewa tadi diulang-ulang sudah saatnya saya sadar bagaimanapun, we don't have control others, and learn to let it flow... tapi semenjak itu berangsur-angsur saya tidak lagi punya rasa respect dan kehilangan kehangatan dalam sebuah hubungan. Meskipun begitu, kehidupan harus tetap terus berjalan baik suka maupun tidak suka, karena apa yang saya rasakan hari ini adalah kesementaraan dan semenjak itu saya berusaha untuk mengabaikan apa yang saya rasakan. Dari sini saya mulai belajar betapa pentingnya menghargai seseorang baik dalam hal merelakan waktu, perhatian, kepercayaan dan segala apapun kesempatan yang ada meskipun hanya sedikit saja.


Saya juga belajar dari R semenjak ia masuk usia 20 bulan, R sering sekali memukul jika tidak diperhatikan, berbagai nasehat meskipun berulang-ulang untuk melarangnya ternyata tidak mempan. Semenjak itu saya belajar untuk menghargai R, contoh salah satunya saya tidak lagi memakai gadget ketika R sedang bermain, dan berusaha meninggalkan pekerjaan apapun yang sedang saya kerjakan ketika R minta didengarkan atau ngajak main bareng. Syukurlah semenjak usia 21 bulan R sudah tidak lagi memukul karena sudah dapat perhatian yang cukup, tentu sikap menghargai ini akan selalu saya bawa ketika R sudah dewasa karena menurut saya menjadi partner anak yang siap kapan saja bisa mendengar untuk diajak sharing mencegah anak untuk mencari perhatian di luar atau lebih senang curhat dengan temannya, manfaat lainnya juga mencegah segala bentuk pelarian negatif. Peristiwa seperti ini juga terjadi dengan anak-anak lain tetapi ada yang merespon rasa kecewa dengan cara menangis, menyakiti diri sendiri, dan segala macam bentuk tantrum lainnya. Ternyata baik anak-anak maupun orang dewasa respon atas rasa kecewa adalah hal yang sangat manusiawi.

Untuk saya sendiri, bagaimana caranya berdamai dengan rasa kecewa yaitu berusaha untuk minimal tidak menggantungkan harapan terhadap orang lain, karena diri kita memegang kendali penuh untuk memilih ingin menjadi pribadi yang seperti apa, termasuk harapan untuk selalu bisa membahagiakan diri sendiri. Selama beberapa hari saya berusaha menemukan kebahagiaan saya sendiri,


***

*)Ketika tidak ada orang yang memberi saya hadiah spesial saya berusaha untuk memberikan hadiah kepada diri saya sendiri lewat kompetisi berhadiah, selain bisa berbagi untuk orang lain saya juga bisa mengukur kompetensi lewat tulisan. Rasanya bahagia sekali jika hadiah telah sampai di rumah, serasa ada yang memberikannya untuk saya atas penghargaan yang mewah.

*)Ketika tidak ada yang memberikan perhatian kepada saya, saya berusaha mencuri perhatian dari siapa saja yang ingin sharing dan berbagi hal bermanfaat lewat tulisan-tulisan saya atau ilmu dan pengalaman yang saya punya, ngobrol di berbagai komunitas dan forum seringkali saya lakukan.

*)Ketika tidak ada teman yang bisa diajak hangout, meluangkan waktu untuk bermain bersama anak sangat lebih dari cukup. 

*)Ketika saya ingin merasa dilindungi oleh pasangan meskipun tidak ada disamping saya, saya masih punya orang tua yang masih lengkap dan sehat yang kasih sayangnya tidak pernah lekang oleh waktu, kami bisa saling dekat dan melindungi satu sama lain.

*)Tertawa lebih sering, have a good sense of humor, banyak bernyanyi, atau makan lebih banyak dari biasanya..heheh..


Entahlah, rasanya membahagiakan diri sendiri membuat saya lebih santai untuk bisa berdamai dengan segala rasa kecewa. Mungkin karena mood dan bahagia yang sudah saya dapatkan terasa cukup. Gelisah itu hanya muncul ketika saya mulai merasakan yang namanya tidak pernah cukup, karena pada umumnya manusia tidak pernah puas untuk dipenuhi keinginannya, selalu menginginkan kebahagiaan yang lain tanpa melihat lebih dekat kebahagiaan yang sudah didapat. Satu hal lagi pelajaran yang saya dapatkan adalah,

Betapa pentingnya menghargai orang lain jika ingin orang lain tetap respect terhadap kita.  

Terutama menggunakan hp di saat yang tepat, hal kecil yang seringkali kita lupa bagaimana caranya menghargai sesama. ;)

4 comments:

  1. Dan jangan lupa untuk selalu mengingat Tuhan dan kebesaran-Nya :)

    ReplyDelete
  2. So true mbaak.. Suka sama tulisannyaa.. Semoga kita semakin bijak dalam hidup. Mhihihi :D

    See me on nopipon(dot)com

    ReplyDelete