August 07, 2016

Beauty manners in media social

Setiap orang itu unik, setiap orang punya karakter, setiap orang punya cita rasa tersendiri dalam menyajikan content dalam media sosial. Semuanya punya tujuan yang sama yaitu sharing. Tergantung dari sudut pandang kita bagaimana menyikapi dan melihat content tesebut.

Saya sempat merasa lucu dengan banyak orang terutama ibu-ibu yang hobi marah-marah sendiri, protes, mengecam dengan apa yang mereka lihat dalam postingan ibu-ibu lain. They always compare her life and assume. Ketika orang lain protes setiap apa yang mereka baca dan lihat, seperti misalnya...
Seorang wanita sedang happy ketika mereka posting tentang koleksi kosmetik mahal atau barang-barang mewah yang baru mereka beli, atau rumah baru yang baru saja dibeli lengkap dengan home tour didalamnya, yang menonton ada yang ikut senang karna jadi tau review produk-produk yang dipakai, barang-barang unik untuk menghiasi rumah. Tapi, sebagian lagi kecewa karna sikap itu merupakan sifat sombong dan pamer, kan kasian cewek-cewek lain yang gak punya uang buat beli barang-barang mahal. Padahal artis atau bukan artis mereka sama-sama punya hak buat sharing apa yang mereka punya.

Ada lagi, seseorang sangat dengan massive membuat laporan kegiatan setiap hari bersama suami dan anaknya. Sebagian yang membaca ikut happy, sebagian lagi meributkan hal lain misalnya kasian kan ibu-ibu yang sampe saat ini belom punya anak, atau sedang berada jauh dari suami dan anaknya, sebaiknya tidak usahlah posting-posting foto anak dan menggadang-gadang apa yang namanya sikap TOLERANSI. 

Ada sebagian ibu-ibu yang senang mempublish kesuksesan anaknya dalam media sosial, sebagian menanggapi hal tersebut hebat sekaligus menjadi inspirasi bagaimana ibu hebat ini bisa mendidik anaknya menjadi sukses. Sebagian lagi berpikir kasian ibu-ibu yang memiliki anak disable/ keterbatasan fisik, gak panteslah pamer-pamer begitu. Lagi-lagi empathy.

Yang terakhir, ketika ada seorang ibu yang memiliki anak kembar mengupload foto ASIP sekulkas penuh, menunjukkan sertifikat ASI/menyusui sampai S3. Sebagian ada yang menanggapi bahwa tantangan tersebut tidak mudah sama sekali, ada banyak cerita dibalik perjuangan keras seorang ibu untuk memberikan yang terbaik buat anaknya yang bisa dijadikan motivasi dan inspirasi. Tapi, tidak sedikit ibu-ibu yang melihat postingan itu menjadi stress menjerit karena sikap itu seolah-olah tidak ada toleransi terhadap kondisi dimana ibu-ibu jadi galau dan gundah gulana karena tidak dapat memberikan ASI secara maksimal.

Buat saya ini lucu dan ternyata sensitifitas wanita itu sebegitu tingginya. Mungkin kalo dikehidupan nyata tanpa ada internet, ada ibu hamil lewat di depanmu, kamu bakalan marah-marah kog ibu hamil lewat tanpa permisi dan gak ngerti perasaanmu kalo kamu sampe sekarang belum bisa hamil-hamil juga. *Padahal gak saling kenal, cuma sensi aja gitu.*
Sama juga dengan content media sosial, dia lewat tanpa permisi, jalan begitu saja di home thread kita tanpa permisi, dan secara ga sengaja kita membaca kontennya.

Toleransi dan sikap empati adalah hal yang positif, tapi menurut saya menjadi gak positif kalau kita salah tempat untuk memakainya. Saya termasuk ibu-ibu yang sangat berusaha menyikapi se positif mungkin terhadap laju deras informasi di media sosial tanpa sekat. Berpikir seperti, how she's so rich, how she is so beautiful even she's a mom with kids, how she's so multitalented, how she keep stand on relationship with her partner. Salah satu kunci saya untuk selalu merasa bahagia dengan diri saya sendiri adalah i do not have assume with another people. Saya tidak pernah merasa iri dengan kehidupan orang lain yang lebih beruntung dari saya, yang saya butuhkan adalah belajar, belajar dari kehidupan orang lain yang dulunya seperti itu sekarang bisa seperti ini. Kebayang gak sih? kalo kamu gak boleh posting apapun soal apa yang kamu lihat, dengar dan punya dengan alasan empathy, mungkin gak bakalan ada majalah, koran, atau infotainment. If that so, the world is so silent and you are not educated, you just need how to be positive to what you've got.

No comments:

Post a Comment