Ketika ketidaksempurnaan orang lain itu tampak, apakah kita perlu kecewa? apakah kita perlu untuk saling mencaci maki kekurangan masing-masing? membicarakan keburukannya di belakang? Entah sahabat, entah juga pasangan, Jika kita memahami ketidaksempurnaan orang lain kita tidak perlu marah dan menerimanya untuk melengkapi, bukan memaksanya untuk menjadi seperti yang kita inginkan. Setiap orang terkadang tidak sadar pernah berbuat salah, di sisi lain orang lain selalu menuntut kita untuk selalu berbuat benar. Jika tidak sesuai dengan keinginan saya, saya pun sadar saya tidak punya kendali atas orang lain, karna setiap orang pada dasarnya punya kebebasan untuk memilih kehidupannya masing-masing secara hakiki, dan setiap orang mempunyai pribadi yang berbeda.
Ketika saya terkadang emosi atau sedang marah, saya ingat-ingat lagi tentang ketidaksempurnaan ini. Tidak ada gunanya saling mencaci maki, mengungkit rasa sakit hati, lalu membalasnya kembali kesalahan kita di masa lalu. Ketika saya mengalah dan meminta maaf itu merupakan lupanya saya atas ketidaksempurnaan orang lain dan menghentikan perdebatan yang bisa melukai perasaan orang lain. Entah karna lupa, entah karena kesibukan yang membuat kita terkadang khilaf. Jika saya tidak mampu menerima ketidaksempurnaan, saya lebih baik berhenti karna tidak ada lagi rasa saling menghargai dan melengkapi ketidaksempurnaan satu sama lain.
Ketika berkomunikasi juga tidak mampu lagi untuk bisa saling mengerti, ketika berkomunikasi adalah mencari pembenaran dan kesalahan satu sama lain, ketika berkomunikasi hanya ingin untuk menang dan merasa benar, ini adalah titik awal dari luka yang akan semakin menganga lebar.
No comments:
Post a Comment