October 19, 2009

Motivasi itu bisa berbahaya.

Semua orang yang punya keahlian di bidang non akademis pasti ingin menjadi seorang bintang yang selama ini jadi panutan. Misalnya, kamu mau jadi penyanyi dengan teknik tenggorokan bergetar ayam seperti Anang dan Krisdayanti, atau kamu ingin jadi pemain drummer handal seperti Eno-Netral yang suka pake baju kelek (kelek = ketek?), atau mungkin ingin jadi penyanyi Dangdut yang bisa menyanyi sambil ngepel lantai pake pantat. Iya, semua orang berbakat pasti selalu berkiblat dengan bintang kesayangannya, meskipun panutannya itu bertingkah aneh.

Kemarin saya baru pindah les piano dari Klasik ke teknik Pop Jazz, yang hampir 7 tahun berkutat dengan musik klasik. Lalu guru baru saya itu bertanya,
“Apa motivasimu dari klasik kog terjun ke Pop Jazz”
“Anu pak, saya ingin blajar memainkan lagunya Lady Gaga”
“……?”
(oh, shit! Guru saya ini taunya “Lady” dan “Gaga” merek sarden, ikan kaleng berkelamin wanita).

Selama hari pertama itu, ternyata teknik pop jazz berbeda jauh dengan klasik dan tentunya lebih mudah pop jazz ketimbang klasik. Di dalam teknik pop jazz, mereka hanya memainkan teknik accord dan melodi dan Notasi angka!
“Are you sure?? Notasi angka??”
“Ya, mudah kan? Notasi angka tidak jelimet seperi di klasik,saya tidak bisa klasik, ribet,” jawab guru saya ini yang ngaku bodoh juga seperti saya.

Mudah, begitu di coba main..eh beneran sulit, karna jari saya ini sudah menari dan terpola dengan klasik, mencoba terbiasa dengan teknik yang baru, tapi jarinya kelipet-lipet. Guru saya ini bilang, saya ini pintar dan mulus memainkan sebuah lagu, hanya saja teknik penjariannya melarikan diri kemana-mana.

Percakapan disambung dengan pertanyaan yang sama,

“Selain Lady Gaga, motivasi yang lain apa?” tanya guru saya.
“Saya ingin bisa bermain Jazz seperti Jamie Cullum, keren deh pak, dy bisa main piano pake kaki, pake sikut, pake kepala, kadang-kadang mencet tutsnya pake kursi, lalu dia juga bisa akrobat loncat indah dari atas piano”
(Yeah Prihatin! Kadang menonton Youtube itu berdampak sangat buruk di bidang Poleksosbud, saya termasuk korbannya)

“Maaf dek, di sini bukan akrobat, di sini blajar teknik yang benar. Kamu adalah kamu, kamu bukan Jamie cullum atau Lady Gaga.”
“Oh begitu ya pak..”
“iya, ayo lanjutin mainnya.”

Selang beberapa menit berlangsung, jari saya tetap saja kelipet-lipet, melarikan diri sesuka jidat. Lalu saya protes,

“Anu pak…saya memang bukan Jamie Cullum, saya juga bukan Lady Gaga, tapi saya juga bukan Bapak, Saya adalah Saya. Jadi, bukankah saya lebih baik bermain menurut style saya biar bisa terkenal kaya mereka? Bukan begitu? Begitu bukan?”

“!!!!!!!???”

p.s: sabar ya pak, jangan dicopot sepatunya.

No comments:

Post a Comment